Menjelang bulan Ramadan, ingin berbagi kebaikan dengan donasi untuk sesama yang terdampak wabah COVID-19? Donasi online aja dari rumah. Yuk, simak ulasan berikut ini untuk tahu caranya!
Gak dapat dipungkiri, kini tenaga medis sudah kewalahan menangani pasien positif COVID-19 yang terus bertambah.
Tapi yang paling bikin miris adalah banyak di antara mereka yang harus “melawan Corona” tanpa alat pelindung diri alias APD.
Nah, kamu bisa ikut membantu para tenaga medis ini menangani pasien COVID-19 dari rumah dengan berdonasi online, Sis.
Ada banyak banget penggalangan donasi yang hasilnya akan digunakan untuk menjahit APD buat para pejuang kesehatan di Indonesia. Dua di antaranya adalah donasi yang diselenggarakan oleh UNICEF Indonesia dan WeCare.id.
Yuk, tunggu apa lagi?
Saat gak bisa ke mana-mana kaya sekarang gini, driver online adalah salah satu orang yang paling berjasa. Setuju gak?
Gimana gak, kita bisa dengan gampangnya dapat makanan yang kita mau tanpa harus ke luar rumah. Tinggal pesan dan tunggu sebentar, voila!
Padahal bisa dibilang pekerjaan driver online yang tak bisa terus #dirumahaja cukup berisiko selama ada pandemi Corona ini. Ya mau bagaimana lagi, itulah sumber utama penghasilan mereka.
Meski tak seberapa, kita tetap bisa membantu meringankan beban mereka loh. Salah satu caranya adalah dengan memesan ekstra makanan buat driver yang bertugas. Itung-itung, bisa menghemat uang makan mereka kan.
Gimana menurutmu?
Selain menghantam bisnis travel dan pariwisata, pandemi ini juga berdampak pada UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah). Apalagi buat para pelaku usaha yang menjajakan produknya di luar rumah, seperti perajin anyaman atau penjual suvenir.
Untungnya, dengan teknologi toko fisik bisa “disulap” jadi toko online. Akhirnya, demi tetap bertahan, banyak UMKM yang turut berjualan di berbagai marketplace.
Nah, buat kamu yang ingin belanja online, usahakan pakai brand lokal ya! Selain membantu pelaku UMKM di Indonesia, kualitas produk lokal juga tak kalah dari produk luar kok.
Berkontribusi juga bisa dilakukan secara gratis loh! Salah satu caranya dengan berbagi informasi mengenai donasi atau projek terkait penanggulangan COVID-19. Misalnya, kamu bisa bagikan info program #RamadanBarengGetplus, yaitu donasi online pakai poin GetPlus!
Lewat program Ramadan Bahagia, pengguna GetPlus bisa langsung menukarkan poin GetPlus dengan pilihan voucher donasi senilai Rp10.000, Rp50.000 sampai Rp500.000 di menu Rewards.
Kamu belum pernah join GetPlus? Daftar sekarang aja untuk mendapatkan bonus 20.000 poin. Kamu juga bisa Buy Points untuk berdonasi lho.
Berapapun nominal yang kamu berikan tentu berarti, dan akan dilipat gandakan lagi oleh GetPlus. Bantuan akan disalurkan dalam bentuk sembako, dan dibagikan kepada masyarakat kecil yang terdampak dari wabah COVID-19 melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Catat ya, program ini berlangsung mulai 17 April sampai 17 Mei 2020!
Ada kabar baik nih untuk pengguna kartu kredit BCA nih. Mulai 24 April hingga 31 Mei 2020, pemegang Reward BCA bisa mendapatkan bonus 2X lipat poin dan bisa ikut berdonasi melalui aplikasi GetPlus juga.
Mau tau caranya? Ikuti langkah berikut ini ya:
Mau donasi lebih besar lagi? Kamu bisa menukar poin kamu jadi donasi senilai Rp100.000 (setara dengan Rp50.000 Reward BCA) di menu Rewards. Donasi online ternyata semudah ini ‘kan, Sis?
Kalau kamu punya waktu luang di sela-sela WFH, bikin masker kain sendiri yuk! Kamu bisa memanfaatkan kain-kain bekas yang kamu punya dan menjahitnya jadi masker kain dengan filter. Kalau kamu gak punya mesin jahit, kamu bisa tutorial ini.
Oh ya, selain sembako, berdonasi lewat GetPlus juga turut membantu menyumbangkan masker kain gratis untuk penerima bantuan. Tapi, kalau kamu ingin membuat sendiri, kamu bisa membagikan masker kain kepada driver online yang mengantar pesanan kamu, atau mungkin tetanggamu yang masih harus berjuang ke kantor setiap hari.
Yuk tetap sebarkan kebaikan dari rumah! Berapa pun nominal yang kamu donasikan, pasti akan sangat berguna bagi penerima bantuan dan menjadi berkah di bulan Ramadan ini. Mari kita melawan COVID-19 sambil mengulurkan tangan bantuan melalui enam cara donasi di atas!
6 (Enam) Tips Agar Kakek – Nenek Di Sayang Cucu
“Syifa, ayo turun, temui opa dan oma nih?” teriak istriku memanggil si bontot. Baru saja opa dan oma tiba di rumah pada sore hari, karena besok pagi, aku harus antar oma ke dokter gigi. Namun, si bontot yang telah berumur 20 tahun tetap saja tidak turun dari kamarnya, padahal ibunya telah memanggil beberapa kali.
Opa dan oma tentu saja sudah kangen bertemu dengan cucunya, walaupun Syifa bukan merupakan cucu, satu satunya. Opa dan oma telah memiliki kurang lebih 25 cucu. Dan secara bergantian anak dan cucunya rutin mendatangi rumah papah dan mamah di Jakarta.
Alhamdulillah, opa dan oma masih jadi tempat curhatan cucu-cucunya jika terdapat ketidakcocokan komunikasi dengan orangtuanya.
Namun, banyak juga kakek dan nenek seperti opa oma yang tidak merasakan kedekatan dengan cucu-cucunya. Nah, kira-kira apa yah tipsnya kakek dan neneknya bisa disayang sama cucu?
Nah, tipsnya adalah sebagai berikut :
Langkah awal yang perlu disepakati adlaah kesepakatan kakek dan nenek bila menghadapi sang cucu. Misalnya, jika ada cucu, janganlah salah satu nenek atau kakek memperlakukan dengan cucu dengan kelembutan dan keceriaan sedangkan sisi lain pasangannya menampakan sebaliknya. Keduanya harus bersama-sama bersahaja.
Bila tidak kompak, maka aura yang diterimanya akan terasa negatif oleh sang cucu. Hal ini tentunya menyebabkan sang cucu tidak betah tinggal di rumah kakek / nenek atau tidak menyukai kehadiran kakek atau nenek.
Kedekatan kakek dan nenek dengan cucunya harus dimulai sejak mereka lahir . Keikhlasan dan kegembiraan kakek dan nenek saat kehadiran mereka akan menunumbuhkan rasa kasih sayang di hati kakek dan nenek suah mulai terbentuk.
Dengan adanya perbedaan usia kakek dan nenek berbeda dengan cucu yang cukup jauh, terutama untuk cucu yang menginjak remaja, mau tidak mau kakek dan nenek harus punya tema komunikasi yang bisa masuk ke pembicaraan anak anak remaja.
Contoh bila anak anak remaja kita sedang senang membicarakan terkait lagu pop korea, perlulah kita sedikit mengetahui nama penyanyi korea, minimal satu penyanyi yang terkenal. Sehingga kakek atau nenek bisa memulai komunikasi dengan mereka. Dan mereka merasa happy. Selain hal di atas, bisa juga kakek atau nenek mengetahui dan mempelajari hobby- hobby sang cucu.
Anak anak tentu suka kalau ada makanan atau minuman yang disukainya. Namun sebaiknya dikomunikasikan terlebih dahulu kepada orang tuanya. Agar tidak terjadi salah miskomunikasi.
Saya sendiri hingga saat ini masih mengenang kebaikan mendiang kakek dan nenek bila dipagi hari diberi makanan berupa kue khas bandung seperi kue cucur, gemblong, nagasari, kue ali, burayot (pembaca apakah bisa membayangkan rasa dan bentuk kue-kue tersebut?)
Bila sang cucu hadir, maka aktivitas kakek dan nenek sebaiknya dihentikan terlebih dahulu. Prioritaskan kehadiran mereka dan bermainlah dengan mereka. Mainlah dengan mereka dengan suka cita, seperti membacakan mereka cerita cerita yang akan meningkatkan daya khayal mereka atau menambah budi pekerti mereka, sulap-sulapan , ataupun bermain bersama mereka.
Tentunya kesan ini akan melekat di benak mereka yang terdalam .
Saat mereka pulang, berilah oleh oleh yang akan menyenangkan hati mereka apakah itu makanan, minuman yang disukai mereka atua mainan yang tentunya disesuaikan dengna kondisi keuangan kakak dan nenek, serta jenis makanan, minumam atua mainan yang sudah dikomunikasikan dengna orang tuanya.
Semoga tips di atas bermanfaat bagi kita semua........salam bahagia buat kita semua
“Menurut saya sih tunda aja dulu. Walaupun Dikbud bikin aturan, bukan berarti itu izin untuk menyelenggarakan, dan zona hijau itu jangan sekali-kali dipakai sebagai zona yang menjamin tidak ada penularan,” ujar pakar epidemiologi FKM UI, Pandu Riono, saat dihubungi , Minggu (12/7/200) yang dilangsir dari detikNews tanngal 13 Juli 2020 hasil tulisan Lisye Sri rahayu.
Dari pernyataan di atas, pakar tersebut menyatakan bahwa zona hijau saja sebaiknya menunda untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Karena zona risiko penularan masih dinamis, kecuali jika titik pertumbuhan pandemik di Indonesia mencapai yang terendah dan bersifat stabil.
Dalam hal ini, penulis mencoba berpikir sebaliknya, bila kegiatan belajar mengajar tetap diselenggarakan, tetapi untuk sekolah yang berasrama aau area tertutup.
Ada hal yang perlu disiapkan oleh penyelenggara kegiatan tersebut, sebagai berikut :
Skrining Awal
Setiap orang yang akan masuk ke area asrama tentunya harus melalui protokol kesehatan seperti cek suhu badan, rapid test dan isolasi diri selama 14 hari. Selama isolasi diri 14 hari, khususnya peserta didik dapat mempelajari materi yang akan ajarkan secara teori.
Perlakuan atas Area dan Akses
Area gerak penghuni asrama harus dibagi dua yaitu area yang bersentuhan dengan orang luar dan area yang sama sekali orang luar tidak bisa masuk ke area tersebut.
Untuk area yang bersentuhan dengan orang luar maka ditetapkan protokol kesehatan seperti para tamu harus menggunakan masker dan cuci tangan menggunakan sabun. Dan setiap hari area penerimaan tamu disemprot dininfektan, agar ruangan benar benar steril dari virus.
Dan bila ada penghuni yang keluar dari asrama dikarenakan ada keperluan yang mendesak maka setiap kembali ke asrama , harus cek suhu badan, cuci tangan dan langsung mengganti pakaian untuk dicuci. Dan setiap penghuni yang akan keluar harus memperoleh ijin keluar dari kepala asrama atau pimpinan yayasan tersebut.
Diwajibkan, bahwa asrama harus mempunyai peraturan akses keluar, siapa saja penghuni yang bisa keluar dari asrama tersebut. Misalkan saja staf asrama yang ditugaskan di dapur. Dimana staf tersebut harus membeli bahan makanan paras penghuni asrama. Selain itu juga, pada hari jumat dibuat aturan tertentu sehingga penghuni asrama dapat sholat jumat di masjid terdekat dan aman. Pengertian aman di sini, sholat jumat yang dilaksanakan oleh masjid tersebut sudah mengikuti aturan protokol kesehatan.
Menjaga Penularan
Untuk menjaga penularan maka penyelenggaran pendidikan perlu menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit terdekat. Terutama bila ada penghuni yang sakit segera dapat ditangani. Termasuk bila penghuni ada yang terjangkit Corona .
Disyaratkan kepada para siswa tidak boleh keluar asrama , kecuali hari jumat atau sudah memperoleh ijin yang ketat dari kepada asrama.
Bagi instruktur atau pengurus / stas yayasan yang tidak menginap di asrama tersebut, maka wajib kepada petugas piket untuk menjalankan protokol kesehatan.
Anda beruntung, jika sudah pernah ke Pulau Komodo. Karena, mulai 6 Juli 2020, pelesiran ke Taman Nasional Komodo, tidak seleluasa seperti dulu.
Ada sejumlah aturan baru yang bakal diterapkan. Ada sejumlah area yang dibatasi dari kunjungan wisatawan.
Ini bagian dari rencana pemerintah untuk menjadikan Labuan Bajo dan Pulau Komodo serta beberapa kawasan sekitarnya, sebagai zona wisata eksklusif.
Dalam bahasa kerennya, destinasi Labuan Bajo sedang diformat untuk destinasi wisata kelas dunia. Destinasi untuk wisatawan berkantong tebal.
Hanya turis yang benar-benar punya uang berlebih-lebih, yang akan mampu mengakses Labuan Bajo dan sekitarnya. (isson khairul)
Maka, yang berniat pengen backpackeran ke sana, lebih baik urungkan niat deh.
Langkah pembatasan pertama yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan registrasi. Wow, maksudnya?
Wisatawan yang hendak visit ke Taman Nasional Komodo, jauh-jauh hari harus melakukan registrasi secara online.
Boleh jadi, inilah model berwisata satu-satunya dan pertama kali diterapkan di negeri kita. Yang gak mau ribet, pastilah ogah ke Pulau Komodo.
Wisatawan yang akan berkunjung ke Labuan Bajo, sebelumnya dipersilakan mengakses ke situs pendaftaran https://booking.labuanbajoflores.id.
“Sistem online ini sebenarnya menjadi salah satu penerapan konsep pengelolaan destinasi premium yang ingin kami capai ke depannya," ujar Shana Fatina, selaku Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF).
Mekanisme registrasi secara online tersebut, arahnya tentulah untuk menyaring kelas turis yang hendak dijaring.
Juga, proses untuk mengarah ke sistem membership. Detailnya, BOPLBF masih terus berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Komodo, pemerintah daerah, dan pelaku pariwisata Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam bahasa marketing, registrasi secara online dan membership ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan pariwisata.
Dengan kata lain, kualitas layanan tersebut tentulah mengacu ke jumlah rupiah atau jumlah dolar yang harus dibayarkan wisatawan. Mengingat tingginya pesona Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo, hal itu adalah sesuatu yang wajar.
Pemangku kepentingan setempat, jelas tak ingin menjual murah destinasi yang memang mahal nilainya.
Oh, ya, saat registrasi online, calon wisatawan diminta untuk mempersiapkan dokumen untuk divalidasi. Antara lain, surat keterangan dari e-HAC, bukti asuransi, dan identitas calon wisatawan seperti NIK atau paspor.
Setelah itu, calon wisatawan diminta untuk mengisi data kunjungan selama di Labuan Bajo, mulai data kunjungan ke Kawasan TN Komodo,
Wisata darat (non-TN Komodo), dan Wisata Laut (non-TN Komodo). Setelah selesai, hasil validasi akan dikirimkan melalui e-mail yang digunakan saat pemesanan online.
Seluruh dokumen kelengkapan perjalanan, termasuk bukti pemesanan online, harus dicetak serta dibawa untuk divalidasi saat tiba di Bandara Komodo.
Wuiiiihhh panjangnya prosedurnya. Sekali lagi, Anda beruntung, jika sudah pernah ke Pulau Komodo. Silakan komen. Silakan suarakan suara konsumen pariwisata.
Petani Milenial. Sebutan itu mulai terasa gemanya. Perlahan tapi nampaknya gemanya akan terus menguat. Salah satu penandanya, industri perbankan sudah mulai turun tangan.
Bagi saya, kalau bank sudah terjun ke suatu sektor, itu berarti bank sudah mendeteksi ada putaran uang di sana. Ada potensi profit di sektor tersebut.
Salah satu bank yang sudah membidik petani milenial adalah Bank Negara Indonesia, yang kita kenal sebagai Bank BNI.
Pada Sabtu (04/07/2020) ini, Tambok P. Setyawati menjelaskan kepada media, sejumlah gerakan yang sudah dilakukan Bank BNI untuk mendukung petani milenial. Ia adalah Direktur Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank BNI.
Secara disiplin ilmu, Tambok P. Setyawati adalah Sarjana Jurusan Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Magister Jurusan Manajemen Akuntansi dari Magister Manajemen, Universitas Indonesia (UI).
Jabatan serta latar pendidikannya, tentulah relevan untuk mendukung petani milenial.
Wujud dukungan Bank BNI, antara lain, melakukan pelatihan digital marketing kepada pelaku UMKM, dalam hal ini petani milenial.
Tujuannya tentu saja, agar mereka bisa meningkatkan aktivitas penjualan secara daring. Bahasa kerennya, program pelatihan itu disebut smart farming.
Program ini bukan hanya fokus pada aspek marketing, tapi juga pada produksi pertanian itu sendiri.
Melalui program smart farming, para petani milenial dilatih cara menerapkan teknologi sensor tanah dan cuaca, hingga mereka memiliki skill memantau kondisi lahan sesuai kondisi terkini.
Termasuk juga, memberikan pemahaman kepada mereka tentang teknik pemanfaatan lahan yang terbatas, cara bertani dengan biaya yang lebih efisien, tapi hasilnya memuaskan.
Dengan demikian, petani milenial akan menjadi petani, yang efektivitas dan produktivitasnya terukur. Sebab, semua kegiatan pertanian yang mereka lakukan, berdasarkan data analisis yang akurat.
Menurut saya, program smart farming dari Bank BNI ini patut kita apresiasi. Bukan tidak mungkin, para petani milenial tersebut kelak akan menjadi andalan untuk pemenuhan sektor pangan di negeri ini.
Program smart farming dari Bank BNI tersebut, nampaknya sejalan dengan gerakan petani milenial yang dilakukan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Pada Senin (13/04/2020), Menteri Pertanian kita itu mengukuhkan 67 orang Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan. Tujuannya tentu saja untuk menumbuhkan semangat bertani di kalangan generasi milenial.
Shofyan Adi Cahyono terpilih menjadi salah seorang Duta Petani Milenial tersebut. Ia petani milenial asal Semarang, Jawa Tengah, yang sudah memulai bisnis menjual sayur organik sejak tahun 2014.
Melalui P.O Sayur Organik Merbabu (SOM) yang digagasnya, Shofyan Adi Cahyono sudah memasarkan 50 jenis sayuran organik ke sejumlah wilayah di pulau Jawa hingga Kalimantan. Bahkan, sayurannya sudah ia pasarkan ke Singapura.
Saat ini, omzet penjualan Shofyan Adi Cahyono sudah mencapai Rp 60 juta per bulan. Mungkin tak lama lagi, Shofyan Adi Cahyono serta para petani milenial yang lain akan menjawab temuan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Dalam Seminar Ekonomi Pertanian Indef di ITS Tower, Jakarta Selatan, pada Selasa (18/02/2020), terungkap bahwa telah terjadi migrasi tenaga kerja secara signifikan, dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian.
Padahal, sektor pertanian adalah sumber pangan kita. Barangkali, petani milenial adalah salah satu jawabannya. (isson khairul)
Cerita Jualan Sisir Ke Biksu (by @menggalidiri)
Pd suatu hari sebuah perusahaan sisir menugaskan 3 org salesnya untuk menjual sisir kesebuah kuilndi pinggiran kota.
Mereka ditugaskan secara individu dan yg berhasil menjual sisir paling banyak akan mendapatkan reward dari perusahaan.
SALES PERTAMA
Sales pertama dengan santainya berangkat dan membawa banyak sekali sisir, namun sesampainya disana dia kaget karena dia baru ingat di kuil isinya biksu semua dan biksu tidak mnggunakan sisir karena kepalanya botak.
Namun karena sudah terlanjur datang, akhirnya dia menggelar tikar dan mulai berjualan disana. Hingga sore hari tidak ada sisir yg laku satupun.
sampai akhirnya ada seorang biksu yg merasa kasihan dan membeli 1 sisir dari sales pertama.
SALES KEDUA
Lebih cerdas dari sales pertama, dia datang ke kuil pada saat hari libur, sehingga bukan hanya ada biksu disana melainkan ada banyak pengunjung kuil yang beribada disana.
Dagangan sales kedua lumayan laris. akhirnya sales kedua berhasil menjual 50pcs sisir kepada pengunjung.
SALES KETIGA
Sales ketiga mendatangi kuil namun tidak membawa sisir melainkan surat kerjasama dan menjumpai pengurus kuil tersebut.Dia menawarkan sisir yg sudah dikemas dengan unik dan cantik dgn ukiran nama kuil tersebut kpd pengurus kuil utk dijadikan souvenir kpd semua pengunjung kuil.
Tidak sampai disana, souvenir sisir tersebut juga dilengkapi dgn doa-doa positif agar semua pengunjung kuil semakin sehat dan diberkati.
Alhasil sales ketiga berhasil menjual 300pcs sisir dan mendapat reward dari perusahaan.
Sejumlah mall akan dibuka. Kabar itu beredar di media, meski belum jelas kepastiannya: mall apa dan kapan. Kita tahu, para pedagang di mall adalah para pedagang ritel.
Mereka itulah yang menjadi bagian dari industri ritel. Merekalah pebisnis ritel. Ketika mall tutup dan toko-toko tutup karena wabah Covid-19, tentu mereka tidak berjualan. Tak ada transaksi.
Yang terpuruk bukan hanya mereka. Para pemasok produk, juga para pelaku UKM-UMKM, yang selama ini mensuplai produk ke mall dan toko-toko, otomatis juga terpuruk.
Fernando Repi menyebut, bisnis ritel di Indonesia sangat terpukul oleh wabah Covid-19. Kenapa? Karena, industri ini lebih banyak mengandalkan penjualan secara offline, ketimbang online.
Ada memang yang kemudian mengalihkan penjualan secara online, meski hasilnya belum maksimal. Fernando Repi memberi contoh: penjualan toko ritel pakaian turun 80 persen. Fernando Repi yang saya maksud adalah Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Tragedi bisnis ritel tersebut ia ungkapkan ketika ia melakukan teleconference, pada Selasa (28/04/2020).
Oh, ya, secara garis besar, kita bisa membagi bisnis ritel menjadi dua kelompok: ritel pangan dan ritel non-pangan. Dalam konteks wabah Covid-19, bisnis ritel pangan relatif masih jalan, karena memang diizinkan untuk beroperasi, meski berada di wilayah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Carrefour adalah salah satu contoh bisnis ritel pangan, yang tetap beroperasi melayani konsumen di masa wabah Covid-19 ini.
Untuk mengetahui, bagaimana situasi kondisi bisnis ritel pangan, saya pun berkunjung ke salah satu gerainya, yaitu ke Carrefour Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Itu saya lakukan pada Minggu (17/05/2020), pekan terakhir Ramadhan, menjelang Lebaran. Saya sengaja berbuka puasa di sana, kemudian shalat magrib di mushala yang berada dekat area parkir mobil indoor.
Dibandingkan dengan masa sebelum wabah Covid-19, tentu situasinya sangat jauh berbeda. Area parkir Carrefour Lebak Bulus yang luas, hanya sebagian yang terisi.
Area parkir indoor pun, hanya terisi sebagian. Itu menjadi penanda, betapa kunjungan konsumen ke ritel modern tersebut, jauh menurun. Padahal, ketika saya ke sana, itu sudah masuk pekan terakhir menjelang Lebaran. Biasanya, pekan terakhir ini adalah masa-masa puncak warga berbelanja.
Carrefour Lebak Bulus biasanya di kurun waktu tersebut, penuh sesak. Tapi, pada Minggu (17/05/2020) itu, situasinya ya lengang-lengang saja. Di sana, saya menyaksikan secara langsung, betapa hebatnya pukulan wabah Covid-19 terhadap industri ritel.
Saya pikir, yang terpukul bukan hanya Carrefour Lebak Bulus, tapi juga seluruh pelaku usaha yang menjadi pemasok produk ke sana. Dan, itu tentulah menjadi potret ekonomi yang muram, karena wabah Covid-19.
Untuk menyiasati kondisi minimnya kunjungan konsumen, Carrefour Lebak Bulus juga menyediakan layanan belanja secara online. Konsumen tinggal pesan secara online, pihak Carrefour akan mengantarkan barang ke alamat pemesan.
Kita tahu, gaya hidup warga saat ini, memang sudah cenderung beralih ke belanja online. Meski, dalam konteks hiburan, datang ke mall dan ke pusat perbelanjaan masih tetap menjadi kebutuhan publik, yang belum tergantikan. (isson khairul)
4 Skill Yang Harus Diasah Saat New Normal
Oleh : Rizki Ahmad Fauzi
Hanya dalam kurun waktu 6 (enam) bulan di awal tahun 2020 pandemi COVID -19 menyebabkan manusia di seluruh dunia harus merubah cara berinteraksi dengan manusia di sekitarnya. Hal ini tentunya dalam rangka mengurangi terjadinya terjangkitnya COVID 19 yang cukup menakutkan.
Hingga saat ini, vaksin atas Covid 19 masih dalam proses penelitian, kita doakan saja , semoga vaksin tersebut dapat ditemukan dengan harga yang sangat terjangkau. Bila hal ini terjadi maka manusia akan kembali menjalani kehidupan seperti sediakala sebelum adanya pandemi covid 19.
Namun bila berkepanjangan tidak diketemukan juga, maka manusia harus rela hidup berdampingan terus. Nah, untuk dapat berdampingan terus, maka manusia harus mempunyai ketrampilan tambahan agar dapat bersaing dengan manusia lainnya.
Hal di atas ditambah adanya informasi bahwa salah satu sumber data dari pengguna Linkedin di seluruh dunia menghabiskan waktu 7,7 juta jam untuk menonton konten di internet (data per April 2020). Angka tersebut meningkat 3 (tiga) kali lipat dibandingkan dengan jumlah jam pada bulan Februari dan dua kali lopat dari jumlah bulan Maret 2020.
Dengan kejadian tersebut, mungkin saja CO-Founder Topkarir, Bayu Janitra Wirjoatmodjo, dalam penyampaian pada detik.com pada tanggal 21 Juni 2020, berpendapat bahwa perlu ada ketrampilan tambahan yaitu :
Nah, sobat sudah siapkan kita membuka pikiran dan menyingsingkan lengan baju untuk kembali membuka lembaran buku via internet dalam rangka meningkatkan kemampuan kita. Termasuk bagi sobat yang sudah berusia lanjut,seperti kata pepatah belajarlah hingga ke negeri jauh dan hingga badan ditelan bumi.
Semangat yah sobat....
Ini masa sulit. Semua orang sangat butuh uang. Jangan sampai terjebak meminjam uang dari fintech abal-abal.
Selain bunganya tinggi mencekik leher, risikonya juga sangat berbahaya.
Waspada, harus waspada. Karena, Januari hingga Juni 2020 ini, sudah 694 fintech peer to peer lending yang telah diblokir Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ratusan fintech tersebut tidak memiliki izin atau ilegal.
Agar aman, pinjamlah uang dari sumber yang legal. Tujuannya, jika ada masalah terkait pinjam-meminjam uang tersebut, pasti ada mekanisme legal yang bisa dijadikan acuan untuk solusinya.
Dalam konteks ini, pinjamlah uang dari perusahaan penyedia jasa pinjaman online atau fintech peer-to-peer lending, yang legal. Fintech = financial technology.
Klik saja ojk.go.id, pasti ketemu Daftar Perusahaan Fintech Lending Berizin dan Terdaftar di OJK.
Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK, pada Selasa (30/07/2019), menyebut, hingga saat ini, sudah ada 113 penyedia jasa pinjaman online yang terdaftar di OJK. Dan, 7 di antaranya, sudah berizin.
Wimboh Santoso jengkel, karena ada lebih dari 4.500 aduan tentang pinjaman online yang masuk ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
"Kalau mau pinjam, pinjamlah dari penyedia jasa yang terdaftar di website OJK. Masa bisa akses online, akses website OJK aja nggak bisa?" ujar Wimboh Santoso, dengan nada jengkel.
Jengkel kepada siapa? Kepada mereka yang memilih jalan pintas. Kepada mereka yang tak cermat, di urusan pinjam-meminjam uang.
Ini contoh bahayanya meminjam uang dari fintech abal-abal, yang tak kalah kejamnya dari rentenir.
Pedagang sayur, misalnya, meminjam uang Rp 100.000 di pagi hari. Malamnya, ia harus mengembalikan pinjaman + bunga Rp 150.000. Artinya, tak sampai 24 jam, bunganya Rp 50.000 setara 50 persen. Proses pinjam-meminjam seperti itu, menjamur di pasar tradisional.
Gila, kan? Mencekik, kan? Nyatanya, masih saja ada warga yang meminjam uang dari fintech abal-abal, yang bertindak sama dengan rentenir.
Sebaliknya, rentenir pun masih saja leluasa beroperasi. Fintech ilegal nampaknya juga demikian. Sudah begitu hebohnya derita nasabah fintech ilegal diberitakan, bahkan sudah viral di sosial media beberapa kali, nyatanya masih saja banyak warga yang meminjam uang dari penyedia jasa fintech ilegal.
Kondisi tersebut, memang dilematis. Di satu sisi, pemerintah berusaha memberantas fintech abal-abal dan rentenir. Tapi, di sisi lain, sebagian warga butuh dana cepat.
Untuk meminjam ke Pegadaian, mereka umumnya tidak memiliki harta untuk digadaikan. Jika mereka meminjam ke bank, urusannya panjang dan bertele-tele.
Ditambah lagi, mereka tidak punya sesuatu yang relevan untuk dijadikan jaminan. Sementara, jaminan adalah hal yang wajib, jika meminjam di bank.
Apakah Anda pernah meminjam uang dari fintech abal-abal? Dari rentenir? Atau, dari fintech yang sudah terdaftar di OJK?
Yuk, share pengalaman di sini. Biar kita sama-sama menjadi konsumen yang cerdas. Dan, tidak terus-terusan dikibulin para rentenir berbasis online tersebut. (isson khairul)
Mungkin ini pertama kali di Indonesia. Kata Hotman Paris Hutapea, nilai denda tersebut, fantastis. Hotman meminta Presiden Joko Widodo mengevaluasi kinerja KPPU, yang telah menjatuhkan denda fantastis itu.
Kita tahu, KPPU adalah singkatan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha, yang tugas utamanya adalah mengawasi aktivitas bisnis di negeri ini.
Pada Rabu (24/06/2020) lalu, KPPU baru saja memutus bersalah 7 maskapai penerbangan nasional, karena bersekongkol memahalkan harga tiket pesawat.
Pada Jumat (03/07/2020) ini, KPPU kembali menunjukkan taringnya: memutuskan denda Rp 30 miliar terhadap Grab Indonesia.
Kenapa? Ya, karena persekongkolan bisnis juga. Istilah yang digunakan untuk kasus ini, diskriminasi.
Masyarakat umum menilai, Grab Indonesia adalah pelaku industri jasa angkutan berbasis online. Padahal, tidak demikian halnya.
Grab Indonesia secara perusahaan adalah PT Solusi Transportasi Indonesia. Ridzki Kramadibrata selaku Managing Director Grab Indonesia, dalam siaran persnya pada Senin (14/03/2016) menyebut, perusahaannya bukan merupakan penyedia jasa transportasi, namun penyedia jasa teknologi.
Dalam operasionalnya, Grab Indonesia memberi kesempatan kepada individu pemilik kendaraan untuk bergabung sebagai mitra. Selain itu, Grab Indonesia juga menjalin kerjasama dengan PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (TPI).
TPI ini adalah sebuah perusahaan jasa rental mobil. Kedua perusahaan tersebut bekerja sama dalam menyelenggarakan program kendaraan rental atau sewa.
Dengan demikian, ada mitra Grab Indonesia yang bergabung secara individual, ada pula yang bergabung melalui TPI. Selanjutnya, kita sebut saja mitra TPI dan mitra non-TPI.
Inilah awal mula sengketa di tubuh Grab Indonesia. Majelis KPPU menyebut, Grab dinyatakan melakukan diskriminasi terhadap mitra, karena Grab memberikan order prioritas kepada mitra TPI, masa suspend, dan fasilitas lainnya.
Akibatnya, terjadi penurunan persentase jumlah mitra non-TPI dan penurunan jumlah orderan yang diterima pengemudi mitra non-TPI.
Kasus Grab dan TPI tersebut terdaftar dalam perkara Nomor 13/KPPU-I/2019. Pengusutan kasus tersebut berawal dari inisiatif KPPU dan ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan. Dalam hal ini, KPPU tentu saja memanggil sejumlah pihak yang relevan.
Akhirnya, Majelis KPPU menyatakan, Grab dan mitranya, PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (TPI), telah melanggar Pasal 14 dan Pasal 19 (d) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
Dalam amar putusannya, KPPU memberikan sanksi denda total Rp 30 miliar dengan rincian Rp 7,5 miliar untuk pelanggaran Pasal 14 dan Rp 22,5 miliar atas Pasal 19 (d).
Sedangkan TPI dikenakan denda total Rp 19 miliar dengan rincian Rp 4 miliar dan Rp 15 miliar atas dua pasal tersebut.
Hotman Paris Hutapea selaku kuasa hukum Grab Indonesia, tentu saja meradang. Bahkan, Hotman sampai meminta Presiden Joko Widodo mengevaluasi kinerja KPPU, yang telah menjatuhkan denda fantastis itu.
Hotman mengatakan, kliennya keberatan terhadap putusan KPPU tersebut dan akan segera mengambil langkah hukum di pengadilan negeri.
Ini memang ranah hukum. Pengajuan keberatan bakal disampaikan dalam waktu maksimal 14 hari ke depan, seperti yang diatur dalam sistem perundang-undangan.
Hubungan mitra dengan Grab adalah hubungan kemitraan, bukan relasi produsen dan konsumen. Tapi, jika mengacu kepada penjelasan Ridzki Kramadibrata di atas bahwa Grab Indonesia adalah “penyedia jasa teknologi” maka status mitra ya adalah konsumen.
Konsumen turunannya adalah pengguna jasa dari mitra tersebut. Dari penelusuran saya, denda yang dijatuhkan KPPU tersebut, ya sebatas denda. Tidak ada larangan beroperasi.
Nah, Anda –baik sebagai konsumen yang berstatus mitra maupun sebagai konsumen pengguna- tentu berhak bersuara. Silakan suarakan suara konsumen, agar terjalin hubungan yang sehat antara produsen penyedia jasa dengan konsumen. (isson khairul)