Petani Milenial. Sebutan itu mulai terasa gemanya. Perlahan tapi nampaknya gemanya akan terus menguat. Salah satu penandanya, industri perbankan sudah mulai turun tangan.
Bagi saya, kalau bank sudah terjun ke suatu sektor, itu berarti bank sudah mendeteksi ada putaran uang di sana. Ada potensi profit di sektor tersebut.
Salah satu bank yang sudah membidik petani milenial adalah Bank Negara Indonesia, yang kita kenal sebagai Bank BNI.
Pada Sabtu (04/07/2020) ini, Tambok P. Setyawati menjelaskan kepada media, sejumlah gerakan yang sudah dilakukan Bank BNI untuk mendukung petani milenial. Ia adalah Direktur Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank BNI.
Secara disiplin ilmu, Tambok P. Setyawati adalah Sarjana Jurusan Ilmu Tanah dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Magister Jurusan Manajemen Akuntansi dari Magister Manajemen, Universitas Indonesia (UI).
Jabatan serta latar pendidikannya, tentulah relevan untuk mendukung petani milenial.
Wujud dukungan Bank BNI, antara lain, melakukan pelatihan digital marketing kepada pelaku UMKM, dalam hal ini petani milenial.
Tujuannya tentu saja, agar mereka bisa meningkatkan aktivitas penjualan secara daring. Bahasa kerennya, program pelatihan itu disebut smart farming.
Program ini bukan hanya fokus pada aspek marketing, tapi juga pada produksi pertanian itu sendiri.
Melalui program smart farming, para petani milenial dilatih cara menerapkan teknologi sensor tanah dan cuaca, hingga mereka memiliki skill memantau kondisi lahan sesuai kondisi terkini.
Termasuk juga, memberikan pemahaman kepada mereka tentang teknik pemanfaatan lahan yang terbatas, cara bertani dengan biaya yang lebih efisien, tapi hasilnya memuaskan.
Dengan demikian, petani milenial akan menjadi petani, yang efektivitas dan produktivitasnya terukur. Sebab, semua kegiatan pertanian yang mereka lakukan, berdasarkan data analisis yang akurat.
Menurut saya, program smart farming dari Bank BNI ini patut kita apresiasi. Bukan tidak mungkin, para petani milenial tersebut kelak akan menjadi andalan untuk pemenuhan sektor pangan di negeri ini.
Program smart farming dari Bank BNI tersebut, nampaknya sejalan dengan gerakan petani milenial yang dilakukan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Pada Senin (13/04/2020), Menteri Pertanian kita itu mengukuhkan 67 orang Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan. Tujuannya tentu saja untuk menumbuhkan semangat bertani di kalangan generasi milenial.
Shofyan Adi Cahyono terpilih menjadi salah seorang Duta Petani Milenial tersebut. Ia petani milenial asal Semarang, Jawa Tengah, yang sudah memulai bisnis menjual sayur organik sejak tahun 2014.
Melalui P.O Sayur Organik Merbabu (SOM) yang digagasnya, Shofyan Adi Cahyono sudah memasarkan 50 jenis sayuran organik ke sejumlah wilayah di pulau Jawa hingga Kalimantan. Bahkan, sayurannya sudah ia pasarkan ke Singapura.
Saat ini, omzet penjualan Shofyan Adi Cahyono sudah mencapai Rp 60 juta per bulan. Mungkin tak lama lagi, Shofyan Adi Cahyono serta para petani milenial yang lain akan menjawab temuan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Dalam Seminar Ekonomi Pertanian Indef di ITS Tower, Jakarta Selatan, pada Selasa (18/02/2020), terungkap bahwa telah terjadi migrasi tenaga kerja secara signifikan, dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian.
Padahal, sektor pertanian adalah sumber pangan kita. Barangkali, petani milenial adalah salah satu jawabannya. (isson khairul)