Siapakah yang tak kenal dengan Porang?
Yups… Tanaman porang saat ini menjadi primadona bagi para petani di beberapa daerah untuk dibudidayakan, karena memiliki peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Sebelum membahas lebih lanjut tentang peluang dari budidaya porang, perlu diketahui terlebih dahulu sedikit sejarah dari budidaya tanaman porang. Tanaman porang merupakan tanaman yang tergolong dalam suku Araceae yaitu tanaman umbi-umbian dan termasuk dalam keluarga besar Amorphophallus. Sudah sejak tahun 70an tanaman ini jarang dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Menurut para peneliti pertanian Sugiyama dan Santosa, hal ini terjadi karena pada waktu itu pemerintah Indonesia sedang menjalankan program swasembada pangan sehingga para petani beralih untuk membudidayakan tanaman padi. Seiring berjalannya waktu, para petani sedikit demi sedikit telah meninggalkan budidaya tanaman porang dan beralih untuk membudidayakan tanaman padi. Maka tidak heran jika saat ini banyak orang yang tidak mengetahui seperti apakah bentuk tanaman porang itu. Terlebih tanaman porang hanya dapat ditemukan dan tumbuh subur di hutan-hutan konservasi, lereng-lereng bukit dan beberapa di pinggiran sungai. Meskipun sejak saat itu tanaman porang sudah sangat jarang dibudidayakan, ternyata tanaman ini telah kembali mulai dibudidayakan sejak tahun 2000 an.
Baca Juga: Ternyata Ini Manfaat Umbi Porang Bagi Kesehatan
Secara umum karakterisktik dari tanaman porang mirip seperti tanaman walur dan suweg. Banyak orang mengira bahwa porang merupakan nama salah satu dari tanaman tersebut. Meskipun memiliki karakteristik yang sama, tanaman porang memiliki ciri khas yang menjadi pembeda antara porang dan tanaman-tanaman sejenisnya. Terdapat beberapa bagian tanaman yang menjadi ciri khusus tanaman porang diantaranya adalah bentuk corak tangkai, tekstur permukaan tangkai, ada tidaknya bubil, warna daging umbi serta kulit umbi, dan ada tidaknya mata tunas pada umbi. Pada pangkal daun tanaman porang terdapat bubil yang berwana coklat yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Bubil yang terdapat pada pangkal daun tidak dimiliki oleh tanaman suweg maupun walur. Selain itu umbi tanaman porang memiliki warna oren kekuningan dengan tekstur umbi yang lebih halus dan terdapat mata tunas pada umbinya.
Saat ini porang menjadi salah satu tanaman yang menjadi primadona bagi petani untuk dibudidayakan seperti halnya petani di daerah Madiun. Berawal dari kisah seorang pemulung yang sukses yaitu Paidi, pengusaha sekaligus petani porang asal Madiun yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung dan hingga saat ini telah menjadi petani porang yang sukses. Kisah sukses Paidi porang berhasil memikat dan menjadi perhatian bagi para petani lain untuk beralih membudidayakan tanaman porang. Hal ini juga didasari oleh prospek porang yang menjanjikan baik dalam negeri maupun luar negeri. Tanaman porang ternyata juga memiliki khasiat yang baik bagi tubuh, karena kadungan glukoman yang terkandung dalam porang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam penyakit seperti, diabetes, kolestrol, tekanan darah tinggi, obesitas dll. Tanaman ini banyak diolah menjadi bahan makanan sehat berupa tempung Konjac dan dapat diolah kembali menjadi makanan siap saji Konyaku dan Shirataki (Makanan orang Jepang). Kondisi tersebut yang membuat permintaan porang dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari ITPC Osaka Jepang tahun 2014, impor porang dalam bentuk konyaku dari negara Indonesia dari tahun 2010 hingga 2013 terus meningkat. Meskipun Indonesia masih menjadi negara terbesar keempat sebagai negara eksportir konyaku ke Jepang. Melihat dari data tersebut Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan pasar porang dan produk-produk olahannya. Selain itu harga dari porang dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Pada tahun 2018 hingga 2019 lalu harga porang dalam bentuk umbi basah dijual dengan harga Rp 8000/kg. Harga tersebut sudah cukup tinggi pada saat itu. Namun secara mengejutkan harga porang saat ini mencapai Rp 13.000/kg. Dikutip dari money.kompas harga chips porang mencapai Rp 27.000/kg, sedangkan harga tepung porang mencapai Rp 600.000/kg. Tingginya harga porang dan produk olahannya menjadikan porang saat ini banyak diminati oleh para petani untuk dibudidayakan. Peluang terbukanya pasar yang masih cukup lebar, belum banyaknya petani yang terjun dalam budidaya porang dan permintaan porang baik dalam negeri maupun di luar negeri yang menjanjikan, menjadikan budidaya porang sebagai salah satu usaha yang dapat menghasilkan banyak “cuan”. Pospek porang tersebut yang menjadikan tanaman porang hingga saat ini banyak menarik perhatian dan minat para petani untuk mebudidayakan porang lebih lanjut. (mya)
Source pict: kebunporang.com