Halo, Sobat Ekraf! Ada kabar menarik dari industri modest fashion Indonesia. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf) Irene Umar menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia.
Dalam acara FGD Strategi Nasional Indonesia Sebagai Pusat Modest Fashion Dunia, yang digelar di kantor Kementerian UMKM pada Kamis (21/11/2024), Wamenekraf Irene menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mendominasi pasar modest fashion global.
“Saya berharap kita bisa membanjiri produk-produk modest fashion tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga di negara lain. Market sangat siap menerima kita,” ujar Irene.
Menurut laporan State of Global Islamic Economy (SGIE) tahun lalu, produk modest fashion Indonesia menempati peringkat ketiga dunia, di bawah Turki dan Malaysia. Meski begitu, Irene mengingatkan bahwa posisi ini belum mencerminkan potensi maksimal Indonesia.
“Populasi Muslim kita mencapai 245 juta jiwa. Angka ini jauh lebih besar dari Malaysia. Sudah saatnya kita optimalkan ini untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia,” kata Irene.
Ia juga menyebut bahwa Indonesia sudah sejak lama menjadi pusat belanja produk modest fashion bagi negara lain. Tanah Abang, misalnya, telah menjadi destinasi favorit pelaku bisnis Malaysia untuk membeli jilbab dan produk lainnya.
Namun, Irene menggarisbawahi bahwa salah satu kendala terbesar industri modest fashion Indonesia adalah proses hilirisasi. Banyak pelaku industri kesulitan mendapatkan bahan baku tekstil lokal berkualitas, sehingga harus mengimpor dari luar negeri seperti Tiongkok.
“Kita tidak ada masalah dari segi desain dan kreativitas. Tapi, kita harus melihat masalah dalam hilirisasi ini,” tegas Irene.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencari solusi, termasuk memberdayakan UMKM penghasil benang dan kain lokal agar dapat menjadi tulang punggung industri modest fashion.
Dalam arahannya, Irene mengutip pesan Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya menghilangkan ego sektoral demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Kita harus gotong-royong, bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga melibatkan sektor swasta, pelaku industri, hingga konsumen,” ujar Irene.
FGD ini menjadi langkah awal penting untuk memperkuat fondasi industri modest fashion Indonesia. Dengan kolaborasi lintas sektor, Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah di pasar lokal, tetapi juga siap menaklukkan pasar global.
Sobat Ekraf, mari kita dukung langkah besar ini dengan terus mengembangkan kreativitas, mendukung produk lokal, dan berkolaborasi untuk membangun ekosistem modest fashion yang lebih kuat. Dengan kerja sama, mimpi menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia bukanlah hal yang mustahil.