Halo Sobat Ekraf! Ada kabar baik dari Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (MenEkraf) Teuku Riefky Harsya yang memberikan apresiasi besar kepada "Cita Tenun Indonesia (CTI)" atas dedikasi mereka dalam memperkuat ekosistem ekonomi kreatif, khususnya di bidang tenun. Selama 16 tahun terakhir, CTI telah menjadi bagian penting dalam pengembangan subsektor fesyen di Tanah Air, terutama dalam upaya melestarikan dan memajukan kain tenun Nusantara.

Peran Ekonomi Kreatif sebagai Mesin Pertumbuhan Baru

Presiden Prabowo Subianto menetapkan ekonomi kreatif sebagai “The New Engine of Growth,” atau mesin baru pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan. Dengan landasan yang kuat secara hukum, akademis, dan politis, ekonomi kreatif diproyeksikan menjadi sektor yang mampu mendongkrak perekonomian nasional dan menjadi bagian dari arahan asta cita Presiden untuk memajukan sektor ini lebih intensif.

“Dengan arahan ini, kami percaya bahwa ekonomi kreatif dapat menjadi salah satu penggerak utama ekonomi nasional. Terutama berkat dukungan banyak pihak, termasuk peran yang luar biasa dari Cita Tenun Indonesia,” ungkap Menteri Teuku.

Target Lima Tahun Ekonomi Kreatif Indonesia

Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, Kementerian Ekonomi Kreatif memiliki target ambisius: meningkatkan kontribusi ekraf terhadap PDB dari 6,70% pada 2023 menjadi 8,37%, nilai ekspor mencapai $29,88 juta, nilai investasi sebesar Rp183,72 triliun, dan membuka lapangan kerja bagi 27,66 juta orang. Agar target ini tercapai, Menteri Teuku menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, seperti peran aktif yang dimainkan oleh CTI.

Cita Tenun Indonesia: Memperkenalkan Tenun ke Dunia

Sobat Ekraf, sejak berdirinya, CTI yang dipimpin oleh Aliya Rajasa Yudhoyono telah bekerja keras untuk mengangkat dan memperkenalkan tenun sebagai kekayaan budaya yang tak hanya khas tetapi juga merepresentasikan identitas bangsa. CTI berkomitmen untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi para perajin, seperti regenerasi perajin yang semakin berkurang dan pemasaran produk tenun yang terbatas.

“Tenun adalah seni budaya yang penuh dengan makna dan mencerminkan jati diri bangsa. Karena itu, kami berupaya agar kain tenun ini tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dikembangkan dan dipasarkan lebih luas,” ujar Aliya.

Pelatihan, Pengembangan, dan Kolaborasi: CTI untuk Perajin Tenun

Untuk melestarikan motif-motif tenun yang hampir punah, CTI aktif terjun ke daerah-daerah guna melatih dan mendampingi para perajin. CTI bahkan menggandeng desainer-desainer terkenal untuk memberikan pelatihan dalam bidang desain, pewarnaan, hingga pengembangan motif. Dengan pelatihan ini, para penenun mendapatkan keterampilan baru yang mempermudah mereka untuk berkolaborasi dengan desainer dan menambah nilai pada produk tenun mereka.

Aliya menyebutkan bahwa upaya ini tidak berhenti pada pelatihan. CTI juga membawa hasil karya tenun Indonesia ke panggung internasional agar lebih dikenal dan diapresiasi masyarakat dunia.

Dampak Nyata CTI: 1.000 Perajin Tenun di Indonesia Terbantu

CTI telah memberikan dampak langsung kepada lebih dari 1.000 perajin tenun di berbagai daerah di Indonesia. Dengan program-program ini, para perajin mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mengembangkan diri, berkolaborasi, dan memasarkan karyanya, baik di dalam negeri maupun internasional.

Sobat Ekraf, mari kita dukung terus peran Cita Tenun Indonesia dan semua pihak yang berkontribusi untuk memajukan ekosistem ekonomi kreatif Indonesia. Dengan kerja keras dan kolaborasi, kita bisa membawa kreasi lokal lebih tinggi dan lebih dikenal dunia!

Artikel Terkait